Penggunaan Ecolabel

Agroindustri dan Agribisnis

Teknologi Industri Pertanian merupakan serangkaian kegiatan menyeluruh yang erat kaitannya dengan produksi bahan agroindustri, khususnya bahan baku produk makanan. dan juga bahan tekstil. Mulai dari pengadaan bahan hingga produk jadi. Misalnya menanam, menyiram/mengairi, memanen, sortasi, penggilingan, pencampuran, pengemasan, dan seterusnya. Sedangkan, proses pemindahan (saja) bahan maupun produk atau (hanya) pengecilan ukuran sebuah bahan baku agroindustri disebut dengan kegiatan agribisnis.

Teknologi Industri Pertanian sebenarnya telah dilakoni, dikenal, dan dipahami oleh manusia dari ribuan, bahkan jutaan tahun yang lalu. Sebut saja, makanan tradisional khas mancanegara, siapa yang tidak kenal ragi roti dari Belanda? Keju dari Swiss. Spaghetti dan Lasagna dari Italia. Tahu dan Natto dari Jepang. Tempe dari Indonesia, dan seterusnya. Semua proses pembuatannya baik fermentasi maupun proses lainnya juga termasuk kegiatan Teknologi Industri Pertanian.

Apakah kalian pernah dengar kata fermentasi atau pemeraman? Sudah familiarkah Anda dengan kegiatan agroindustri berikut ini?

Proses fermentasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

  1. fermentasi dengan bantuan mikroorganisme seperti pada pembuatan yoghurt (Lactobacillus bulgaricus) dan yakult (Lactobacillus casei),
  2. fermentasi dengan bantuan kimia seperti pada pembuatan sabun mandi dan sabun lainnya terdapat pencampuran bahan kimia tergantung proses dan hasil yang diinginkan, misalnya pencampuran Na OH untuk membuat sabun mandi cair berbeda dengan tata cara pembuatan sabun mandi batang, dan
  3. fermentasi dengan bantuan panas seperti pada pembuatan permen dan ekstraksi bahan aktif. fermentasi bahan dengan bantuan panas terbagi menjadi dua, yaitu: pemanasan total dengan cara dimarinasi dalam suhu tinggi (direbus), dan pemanasan sebagian dengan cara dipanaskan dengan uap (dikukus).
Perlakuan pada Kecambah Sebuah Jenis Tanaman di Suatu Pabrik

Sebut saja seseorang sedang menjalani proses bisnis pembuatan tortilla hijau berbahan dasar tepung hanjeli pengganti gandum di suatu pabrik. Apabila dilihat dari proses bisnis pembuatan sebuah produk atau bahan agroindustri, aktivitas di pabrik dapat menjadi rangkaian aktivitas yang kompleks yang dapat terukur dan terarah dengan sebuah peraturan. Adanya sebuah standar baik ISO (International Standard of Organization) maupun ecolabel akan memudahkan tercapainya tujuan perusahaan.

Mulai dari tahap produksi awal atau penyediaan stok material misalnya penanaman hanjeli di sawah atau ladang. Lalu, penanganan hasil panen, penepungan (pembuatan tepung hanjeli). Kemudan, produksi tahap akhir, misalnya pembelian bahan lain, penyimpanan, dan proses ditribusi. Sebut saja pengadaan bahan baku lainnya misalnya minyak kelapa, air mineral, garam, daun bawang dan bahan lain. Selanjutnya pengadaan dan penggunaan alat produksi dan pengemasan. Biasanya semuanya tertulis dalam manajemen finansial sebagai biaya produksi, biaya listrik, dan penggunaan alat dan bahan dengan masa habis pemakaiannya dengan jumlahnya dalam satuan tertentu.

Rumus Tata Kendali Mutu. Kualitas Pangan = Halal * Aman + Pengalaman

Berdasarkan gambar diagram di atas sebuah panganan, kualitas pangannya ditentukan dengan dua faktor yaitu tingkat kehalalan pangan dan tingkat keamanan produk pangan tersebut. Tingkat keamanan produk tersebut ditentukan dari salah satunya pada faktor yang ke-3 ialah kesesuaian eco friendly dengan penggunaan ecolabel pada produknya tersebut yang memperhatikan lingkungan.

Apa Itu Ecolabel?

Ekolabel (ecolabel) merupakan salah satu penyampaian informasi yang akurat dan verifiable dan tidak menyesatkan bagi konsumen mengenai aspek lingkunan dari suatu produk (barang atau jasa), baik dari sisi komponen produknya maupun dari segi kemasan bahannya.

Tujuan dilakukan ecolabel pada sebuah tempat produksi diantaranya adalah:

  1. Ekolabel dimanfaatkan untuk mendorong konsumen agar memilih produk-produk yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan tempat tinggal konsumen dan tidak meninggalkan dampak negatif di tempat produk berasal,
  2. Bagi konsumen, manfaat dari penerapan ecolabel adalah konsumen dapat memperoleh informasi mengenai dampak lingkungan dari produk yang akan dibeli/digunakannya.

Mengapa ecolabel itu penting? Karena ecolabel dapat mengatur kepatuhan terhadap standar sebuah proses yang ramah lingkungan dan aman bagi ekosistem atau ekologi di sekitar tempat produksi

Prinsip-Prinsip Ekolabel

Produk yang diberi ecolabel selayaknya dalah produk yang dalam daur hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak yang positif terhadap lingkungan.

Terdapat dua tipe ecolabel, diantaranya adalah:

1. Tipe 1: Sukarela (Berkriteria Ganda Bedasarkan Program-Program Praktisi)

Secara umum, ecolabel Tipe 1 terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

  • Pemilihan kategori produk dan jasa
  • Pengembangan dan penetapan kriteria ecolabel
  • Penyiapan mekanisme dan sarana sertifikasi, termasuk pengujian, pengujian, dan tahap evaluasi, serta
  • Pemberian lisensi dan penggunaan logo ecolabel pada kemasan.

2. Tipe 2: Deklarasi Sendiri Pengakuan-Pengakuan Lingkungan

Ekolabel tipe ini merupakan pernyataan atau klaim lingkungan yang dibuat sendiri oleh produsen/pelaku usaha yang bersangkutan. Keabsahan ecolabel Tipe 2 didasari oleh:

  • Metodologi evaluasi yang jelas, transparan, ilmial dan terdokumentasi
  • Verifikasi yang memadai

3. Tipe 3: Perhitungan Kuantitatif Label Informasi Produk

Ekolabel dapat berbasis multikriteria seperti pada ecolabel Tipe 1, pada ecolabel Tipe 3 ini informasi akan lebih diperinci mengenai nilai pencapaian pada masing-masing item. Kriteria disajikan secara kuantitatif dalam label misalnya berbintang 3, 4, atau 5 atau skala dua dan tiga pada skala 1 – 3 atau dengan standar pengukuran dan penilaian yang teliti dengan satuan yang dibenarkan.

Upaya Menjaga Kestabilan Harga Kebutuhan Pokok

Sejak 21 Mei 2022, pemerintah memberlakukan kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) minyak kelapa sawit. Menurut (https://pse.litbang.pertanian.co.id) di Indonesia, komoditas kelapa sawit semakin menjadi andalan ekonomi nasional dan saat ini, minyak kelapa sawit telah berkembang menjadi bagian yang paling penting di dunia.

Meski demikian, sektor kelapa sawit dinilai berperan penting dan memiliki manfaat positif bagi perekonomian nasional sehingga mengenai masalah produksi dan distribusi minyak kelapa sawit perlu perhatian lebih.

Permasalahan produksi tersebut diatur dalam kebijakan pemerintah dan peraturan DMO. Selain itu, pemberlakuan DMO dilakukan sebagai upaya menjamin ketersediaan bahan baku dan kestabilan harga minyak goreng dalam negeri. Kebutuhan minyak goreng curah dalam negeri mencapai 194.634 ton per bulan. Padahal jumlah produksi pada bulan April 2022 tercatatat sebesar 211.638,65 ton yang merupakan lebih dari kebutuhan per bulannya. (Sumber: dikutip dari Harian Kompas. Sabtu, 21 Mei 2022)

Angka surplus produsi tersebut cukup mengherankan apabila dilihat dan dibandingkan dengan harga-harga sebelumnya, harga yang beredar dimasyarakat ialah tetap tinggi.

Masih banyak permasalahan pengolahan minyak sawit dalam negeri yang belum terungkap atau diangkat ke media berita. Pasalnya, minyak sawit yang dikenal dengan nama dagang minyak goreng ini dianggap barang primer pada tingkatan kebutuhan masyarakat. Padahal, penetapan harga produsen mengacu pada kajian BPKP (Badan Keuangan dan Pembangunan).

Kebutuhan pokok sembako satu ini dibandrol oleh pengecer yang relatif tinggi dengan harga yang melonjak 2.500 rupiah. Kemudian, harganya naik kembali sebesar 4.000 – 4.890 rupiah. Sementara, harapan sebenarnya harga kebutuhan ini ialah murah dan stabil berkisar pada harga ideal, yaitu berkisar antara Rp. 14.000,- ke bawah, namun kenyataannya terjadi kenaikan yang terus terjadi membuat harga eceran minyak goreng per liter terbilang mahal, yaitu sekitar 17.000 rupiah lalu 20.000 hingga harga akhir kini yang dibandrol dengan harga 24 ribu rupiah per liter di semua jenis pasar swalayan maupun warung dan toko kelontong. Sedangkan, kekuatan atau ketahanannya bergantung pada keamanan penyimpanannya dan tidak terlalu lama dilihat dari komposisi dan zat gizi yang terkandung didalamnya.

Sementara itu, angka statistik stok mencapai sebesar lima ribu enam ratus delapan puluh tiga ton dan total produksi sebesar 12.212 ton. Permasalahan tentang besarnya jumlah penyediaan dalam negeri ini terjadi pada Januari hingga Maret 2022. Sebab permintaan pasar juga mendorong agar terpenuhi, hal ini mengacu pada stok persediaan sebelumnya yang juga ternilai banyak, yaitu 4.129 ton di tahun 2021. Dimana, jumlah total produksi minyak ini ialah sebesar 51.300 ton dengan total ekspor sebesar 33.674 ton dan total konsumsi dalam negeri tercatat sebesar 18.422 ton. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, ke depannya pelaksanaan ekspro akan diawasi ketat dan terintegrasi Bersama, sehingga produsen minyak sawit yang tidak memenuhi kewajiban dalam mekanisme peraturan DMO akan dikenakan sanksi. Oleh karenanya peraturan tentang ekspor CPO (Crude Palm Oil) sekaligus pencabutan larangan ekspor CPO dan sejumlah turunannya tengah disusun. (Sumber: dikutip dari Harian Kompas. Sabtu, 21 Mei 2022)

Menurut Ahmad Tauhid, alokasi 10 juta ton minyak goreng kebijakan DMO sangat memungkinkan untuk diterapkan dengan pengawasan ketat dan jumlah tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance tersebut menegaskan efektifitas penetapan harga bahan baku minyak goreng di level produsen oleh pemerintah yang juga telah menjadi bagian kebijakan DMO. Jika distribusi dilepaskan ke mekanisme pasar, potensi lonjakan harga minyak goreng tidak bisa dihindari. Terlebih, jaringan distribusi terutama minyak goreng curah, tidak serapi jaringan distribusi minyak goreng kemasan, tungkasnya. (Sumber: dikutip dari Harian Kompas. Sabtu, 21 Mei 2022)

Permasalahan mahalnya komoditas sawit ini dapat terjadi karena rantai produksi yang panjang, proses distribusi bahan mentah yang rumit, dan penyediaan bahan mentahnya yang masih diupayakan di Pulau Sumatera yang beribukota Medan. Serta, proses penanganan bahan di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Palangkaraya yang belum sepenuhnya menjadi produk jadi.

Siasat yang disarankan dan dapat dilakukan ialah pembelian bahan baku skala besar dengan jeriken atau seperti yang dilakukan para distbutor misalnya penyediaan bahan sebesar 10 ton yang terdiri dari 8 ton untuk produsen dan 2 ton untuk persediaan. Tujuan penyediaan ini adalah menjaga kestabilan harga, mengurangi biaya distribusi, mengantisipasi kekosongan penyediaan di pasar dan lain sebagainya. Prosuksi yang surplus dengan kekosongan stok penyediaan juga dapat berkaitan erat dengan rumitnya manajemen transportasi minyak goreng kelapa sawit hasil pengolahan atau penyaringan.

Selain itu, terdapat pula preferensi masyarakat kreatif yang lebih menyukai minyak nabati lainnya. Selain minyak kelapa sawit, terdapat kesukan masyarakat yang mengonsumsi dan memproduksi sendiri minyak kelapa murni atau minyak dari santan kelapa yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil) yang lebih dikenal dengan nama dagang minyak kletik karena prosesnya disebut dikletik yaitu proses pengadukan terus menerus dengan batang pengaduk /spatula di dalam katel di atas tunggu dengan api.

Itu adalah preferensi penggunaan lainnya yang dapat membuat seseorang terpengaruh atau menjadi bahan pertimbangan mereka dalam berbelanja. Terdapat sumber kolestrol atau lemak lainnya misalnya margarin nabati yang terfortifikasi vitamin dan mentega butter yang terbuat dari lemak hewani. Serta, shortening nabati yang terbuat dari jagung dan lemak babi (non halal) yang disebut lard.

Pengenalan Teknologi Industri Pertanian

Apakah perbedaan tumbuhan dan tanaman? Sejak kecil dalam benak saya terlintas bahwa tumbuhan dan tanaman sama saja hanya beda pelafalan atau istilah saja. Namun sekarang saya mulai berpikir mengenai kedua hal tersebut. Menurut saya, tumbuhan merupakan flora-flora yang bertunas atau pohon. Sedangkan, tanaman mencakup flora yang merambat seperti aneka jamur dan sayuran. Pembahasan artikel kali ini akan menyinggung tentang studi terakhir saya yakni teknologi industri pertanian, terdengar rumit, mengapa bukan teknik? Lantas, kalau begitu, apakah gelar saya pada saat ini? Mengapa S.Tp bukan S.T. tentu jawabannya karena kompetensi yang sarjana A dan sarjana B miliki berbeda. Kembali kepada pengenalan teknologi industri pertanian. Berikutnya seperti kita ketahui teknologi diciptakan untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia. Ciri-ciri produk teknologi adalah bernilai tinggi (high quality), cepat mendapatkannya (fast), dan biayanya yang murah (low cost). Selanjutnya, pada kegiatan ekonomi, industri bisa dilakukan di posisi manapun dari hulu hingga hilir, produksi, distribusi, maupun konsumsi. Industri pada aspek produksi banyak sekali macamnya, tahapnya, dan bagiannya bahkan tak terhingga, mulai dari produksi beras, ketela dan jagung umumnya tergolong agroteknologi. Sedangkan, usaha yang bergerak pada bidang jasa umumnya digolongkan industri pada aspek distribusi dan disebut agribisnis. Kemudian, industri yang terakhir dan banyak diminati oleh para penggelut UMKM (usaha mikro dan kecil menengah) umumnya merupakan usaha yang membutuhkan produk industri lain untuk melangsungkan kegiatan produksinya. Mereka bisa menjadi usaha yang menjual produk atau jasa. Contohnya UMKM kedai kopi A membutuhkan hasil tani pengusaha lain yaitu biji-biji kopi dan kakao untuk membuat secangkir kopi atau coklat panas. Sedangkan, UMKM yang sama dengan merk dagang B mereka dapat pula membutuhkan pemasok dan distributor yang sama untuk menjual serbuk kopi dan cocoa organik siap seduh untuk para pelanggannya. Sepintas mereka terlihat sama karena memiliki pangsa pasar yang sama yaitu para penikmat kopi. Namun kedua pengusaha UKM A dan B memiliki kegiatan ekonomi yang berbeda karena yang satunya hanya berdagang minuman di kedainya dan pengusaha lainnya hanya menggeluti jasa penggilingan dan/atau pengemasan dua jenis bahan penyegar. Mereka bisa berkolaborasi dan menggabungkan merk dagangnya untuk memperkenalkan pelanggan mereka satu sama lain sehingga popularitas meningkat dan harga akan bersaing dengan produk yang telah lama dikenal. Kesuksesan usaha produk-produk bolu terkenal di Bandung misalnya Princess, Makuta, dan Bolu Susu Lembang dapat menjadi pertimbangan. Kebanyakan toko cemilan di Bandung sukses melambungkan popularitas mereka karena kehebohan obrolan konsumen dari mulut ke mulut di media online, pasalnya banyak tenda gerai-gerai kecil atau kendaraan dagang yang mangkal membantu menjajakan hasil produksi perusahaan. Distributor atau pelaku usaha tingkat berikut melakukan aktivitas ekonomi mereka sebagai perwujudan bahwa mereka merupakan pelaku UKM juga tanpa harus membangun PT., CV., atau sertifikat lisensi tertentu untuk menjadi “multi-level-marketing” perusahaan yang terkait.

Menurut dosen saya, teknologi industri pertanian merupakan karya, karsa dan cipta produk industri pertanian sehingga teknologi sebenarnya ialah produk dan bukan sekedar gagasan melainkan lebih nyata dengan cakupan yang lebih luas atau semisal itu. Misalnya sebuah mesin pemetikan bunga tulip pada sebuah perkebunan di benua eropa, sebut saja pencipta peralatannya menguasai pemrograman dan teknik pertanian itu sendiri. Sehingga apabila kita memiliki keterbatasan pada suatu bidang dan ahli pada bidang lainnya sangat dianjurkan untuk berkolaborasi. Selamat bekerjasama!

Teknologi Bahan Penyegar

Teh adalah tumbuhan yang daunnya dapat dijadikan sebagai minuman. Teh botol, teh kotak, dan maupun teh celup merupakan beberapa macam bentuk produk bahan penyegar yang kita bisa temui di toko swalayan. Aneka produk teh memiliki efek baik untuk menyehatkan tubuh.

Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati 0%. Teh mengandung kafein atau sebuah infuse yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Istilah teh juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh misalnya teh rosehip, teh camomile, krisan, jiaogulan.

Berdasarkan cara pemanfaatan, macam-macam pengolahan, lama pelayuan dan jenis bahan daun teh dapat dibedakan menjadi teh putih, teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Produksi teh untuk dikonsumsi memiliki banyak kandungan senyawa fenol, bukan fenol dan katekin.

Selain teh masih ada beberapa hasil pertanian yang dapat dijadikan produk bahan penyegar. Umumnya bahan penyegar tidak mengandung lemak dan pati. Bahkan beberapa bahan penyegar dapat menurunkan kolestrol darah, meningkatkan imun, dan menghangatkan badan serta menguatkan sistem organ.

Sehingga teknologi bahan penyegar berkaitan dengan produksi pengolahan, penanganan dan pengendalian bahan-bahan penyegar dari hulu hingga hilir. Misalnya, teh, kopi, dan cokelat.

Ringkasan Skripsi: Kajian Proses Ekstraksi Daun Ketapang Badak (Ficus Lyrata) Warb.

Uji Ekstraksi Bahan Alam: Sumber daya hayati menyediakan bahan alam yang menjadi sumber daya kimia yang tidak terbatas. Tumbuhan tertentu memiliki senyawa aktif yang unik dan berguna bagi tubuh, ada karotenoid pada wortel, likopen pada tomat dan klorofil pada dedaunan sayur-sayuran hijau. Ekstraksi merupakan proses penting untuk mengisolasi senyawa tersebut.

Bagaimana Cara Meneliti Kadar Senyawa Kimia dalam Sebuah Bagian Tumbuhan? Pengujian ekstrak berbagai bahan alam dapat dilakukan dengan melakukan uji LCMS, GCMS atau skrinning.

Pembuatan ekstrak pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Secara umum ekstraksi bahan aktif dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya ekstraksi dengan pelarut, yakni maserasi, perkolasi, infusa, dekok, refluks dan soxlet, kemudian distilasi uap, supercritical fluid extraction, expression atau pressure, sublimasi, pervaporasi (membran), microwave, dan ultrasound.

Proses penelitian senyawa aktif dari daun ketapang badak yang saya lakukan cukup mudah. Saya memilih proses ekstraksi solvent maserasi karena tergolong proses ekstraksi yang paling mudah diantara proses-proses lainnya.

Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan empat pelarut berbeda dan variasi lama ekstraksi dengan tiga kali pengulangan yang saya tetapkan di penelitian saya dilakukan berdasarkan studi literatur yang ditemukan. Setelah semuanya siap dan usulan penelitian diterima, saya mendapat kesempatan untuk memulai penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan persediaan pelarut yaitu akuades, etil asetat, n-heksan dan ethanol 70% serta membuat simplisia. Simplisia yang akan digunakan merupakan daun tumbuhan ketapang badak pada lateral ketiga disebut juga peko+3. Karakteristik yang ditetapkan telah diuji dengan bantuan alat chromameter, yaitu hijau hingga hijau tua.

Ketapang badak (Ficus lyrata Warb) merupakan tumbuhan yang berasal dari Afrika Selatan, tergolong suku Moraceae tumbuh sebagai pohon bebas yang berdiri sendiri dan dapat tumbuh setinggi 15 meter.

Ketapang badak memiliki daun menyerupai biola dengan panjang 30 -45 cm dengan tekstur kulit dan margin bergelombang (Nurrohmah, 2017). Pada peko ketiga daunnya berwarna hijau atau hijau tua berukuran panjang x lebar 35-45 cm.

Awalnya saya menyediakan bahan daun ketapang yang dipetik langsung dari pohonnya, tidak layu, tidak kering dan berwarna hijau tua untuk pembuatan simplisia. Daun-daun tersebut pada mulanya dicuci dan disortasi. Kemudian dikeringkan sesuai dengan metode yang diinginkan.

Proses selanjutnya adalah mereduksi ukuran menggunakan blender untuk kemudian diayak menggunakan ‘instrumen ayakan’ yang dilakukan selama 20 menit X 17 babak atau kurang lebih 6 jam. Ayakan tyler yang digunakan merupakan ayakan tyler berukuran 60 mesh agar menyeragamkan ukuran simplisia dan mempercepat laju ekstraksi. Simplisia diperiksa terlebih dahulu kadar airnya menggunakan metode gravimetri, hasil menunjukkan bahwa simplisia memiliki kadar air sebesar 8%.

Simplisia ditimbang masing-masing 100 gr kemudian disimpan ke dalam bejana. Simplisia seberat 100 gram tersebut masing-masing nantinya digunakan sebagai sumber bahan alam ekstrak dengan empat lama ekstraksi yang berbeda.

Proses ekstraksi solvent maserasi dimulai pada saat pelarut membasahi simplisia, lalu dimulai perhitungan waktunya. Pada saat ekstraksi maserasi bejana-bejana ditutup dan dibungkus dengan cling wrap dan alumunium foil lalu diberi label keterangan tulisan dan disimpan di tempat gelap, kering dan bersuhu normal di dalam lemari hingga waktu yang ditentukan.

Alat-alat yang dipersiapkan untuk proses tersebut, diantaranya seperti sarung tangan lateks, aluminium foil, plastic wrap/cling wrap,bejana kaca yang bersih dan sudah dibilas dengan pelarut yang akan digunakan, beaker gelas, gelas ukur, batang pengaduk, botol gelas bekas yang inert untuk penyimpanan rendemen penyaringan, kain saring, kertas saring, beaker gelas 1000 mL, Erlenmeyer, corong gelas, corong saring (corong Bunchner), dan penyaring vacuum beserta dinamonya .

Setelah maserasi selesai dilakukan maka proses penyaringan dengan pernyaring vakum segera dilakukan. Prosesnya adalah menyiapkan kain saring diatas beaker glass lalu diperas dengan tangan menggunakan sarung tangan lateks. Selanjutnya penyaringan tahap kedua dengan cara menuangkan filtrat pertama ke corong bunchner yang sudah berlapis kertas saring pada saat mesin penyaring vakum siap digunakan (telah dinyalakan).

Selanjutnya satu-persatu filtrat dipekatkan menggunakan multivapor (6 tabung) yang diisi tidak lebih dari sepertiga tabung sedangkan filtrat yang menunggu antrian disimpan di botol inert tertutup dalam refrigerator. Rendemen terakhir atau hasil pemekatan menggunakan multivapor disimpan dalam refrigerator pada cawan porselen yang tertutup untuk selanjutnya diuji.

Tahap terakhir adalah pengujian kadar fitokimia secara kualitatif dan kuantitatif dalam simplisia ekstrak daun ketapang badak. Skrining fitokimia dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Analisa dan uji fitokimia secara kuantitatif untuk menguji kandungan flavonoid, fenolik

(polyphenol) dan tanin dilakukan dengan dua buah metode, yaitu metode AlCl3 untuk penentuan kadar flavonoid dan metode Folin-Ciocalteu untuk penentuan kadar fenolik dan tanin. Kedua metode tersebut di atas dilakukan untuk mendapatkan nilai absorbansi sampel yang kemudian dimasukkan ke persamaan pada kurva standar kuersetin (quercetin) sebagai flavonoid dan kurva standar asam tanat sebagai tanin di bawah ini.

Tabel 1. Kadar (ppm) Flavonoid

LamaEkstraksi(jam)Pelarut   
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
4814,00  ± 0,006,39 ± 0,054, 50 ± 0,2011,39 ± 0,15
368,5 ± 0,208,75 ± 0,058,93 ± 0,5152,25 ± 0,05
2419,89 ± 3,084,04 ± 0,159,46 ± 0,059,93 ± 0,40
1228,79 ± 2,8362,04 ± 0,058,18 ± 0,0546,32 ± 0,05

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, kadar flavonoid yang ditentukan dari nilai absorbansi pada Tabel 1. dimasukkan ke persamaan kadar kuersetin sebagai flavonoid maka nilai flavonoid tertinggi dihasilkan pada sampel akuades dengan lama ekstraksi 12 jam sehingga apabila dikaitkan dengan sifat kepolaran pelarut maka flavonoid pada daun ketapang badak merupakan senyawa bioaktif yang bersifat polar.

Tabel 2. Kadar (ppm) Fenolik

LamaEkstraksiPelarut
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
481,63 ± 0,0060,65 ± 0,0010,488 ± 0,0011,07 ± 0,004
361,41 ± 0,0050,67 ± 0,0010,459 ± 0,0020,72 ± 0,151
241,94 ± 0,0051,34 ± 0,0020,458 ± 0,0010,87 ± 0,006
120,91 ± 0,0011,29 ± 0,0020,524 ± 0,0050,86 ± 0,001

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, konsentrasi fenolik tertinggi dihasilkan pada sampel ethanol 70% dengan lama ekstraksi 24 jam berkaitan dengan sifat kepolaran pelarut maka polifenol pada daun ketapang badak merupakan senyawa bioaktif yang sifatnya beragam yakni polar dan non polar sehingga lebih banyak terekstraksi oleh pelarut yang bersifat semipolar.

Tabel 3. Kadar (ppm) Tanin

LamaEkstraksiPelarut   
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
481,64  ± 0,000,65 ± 0,000,42 ± 0,051,07 ± 0,00
361,41 ± 0,000,66 ± 0,000,46 ± 0,000,83 ± 0,00
241,94 ± 0,000,67 ± 0,000,46 ± 0,000,87 ± 0,00
120,92 ± 0,002,59 ± 0,000,53 ± 0,000,85 ± 0,00

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, konsentrasi tanin tertinggi dihasilkan pada sampel akuades dengan lama ekstraksi 12 jam berkaitan dengan sifat kepolaran pelarut maka tanin pada daun ketapang badak merupakan senyawa yang bersifat polar seperti halnya flavonoid yang lebih terekstrak dengan pelarut yang bersifat polar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada hasil skrining fitokimia secara kuantitatif dari sampel daun ketapang badak kali ini, senyawa-senyawa fitokimia, yaitu flavonoid dan tanin bersifat hidrofilik, namun pada sampel dengan pelarut akuades senyawa bioaktif tidak dapat bertahan lebih dari satu hari yang disebabkan oleh lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap konsentrasi (ppm) tanin.

Hasil uji pada penelitian saya tiga tahun yang lalu membuktikan bahwa ekstrak akuades ketapang badak dengan lama ekstraksi 12 jam memiliki kandungan fenol dan tanin terbesar 2,59 ± 0,004 ppm dan 2,3 ± 0,000 ppm serta kandungan flavonoid 62,04 ± 0,05 ppm.  Senyawa aktif fitokimia fenol dan tanin ditemukan pada daun ketapang badak dengan kadar yang tinggi yaitu pada ekstrak solvent akuades dengan lama ekstraksi 12 jam. Hal tersebut menunjukkan pada larutan uji ekstrak akuades di atas terdapat lebih banyak senyawa flavonoid, fenol dan tanin dibandingkan senyawa pengganggu lainnya.

Ekstrak daun ketapang badak (Ficus lyrata Warb) mengandung senyawa fitokimia yaitu flavonoid, fenolik, dan tanin yang dapat difungsikan salah satunya sebagai antioksidan. Kosalim (2016) mengatakan bahwa secara umum antioksidan yakni senyawa kimia ketiga komponen asam 5-O-caffeolyquinat, epikatekin, dan epiafzelechin-epikatekin pada ketapang badak mampu memperbaiki sistem dalam tubuh. Menurut Gundry (2017) orientin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki peran bagi kesehatan dengan cara melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.

Seperti kita ketahui dari gambar skema keterkaitan radikal bebas dengan kondisi tubuh yang saya buat. Suwardewa (2014), menjelaskan bahwa reactive oxygen species (ROS) pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan gangguan fungsi metabolisme dan gangguan keseimbangan yang disebut stress oksidatif di dalam tubuh Sebagian senyawa kimia golongan fenolat dalam darah (sel darar putih & vitamin K) dapat menyerang antigen kemudian mengadakan kegiatan pro-inflamasi pada tubuh serta dapat mengurangi resiko penyakit degeneratif.

Tinjauan Pustaka

Bunyamin, Anas dan Mardawati, Efri. 2016. Instrumentasi Laboratorium. Modul Percobaan Ekstraksi Bahan Aktif.

Diantika, Fitrah., Sutan, S. M., dan Yulianingsih, Rini. 2014. Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Etanol terhadap Ekstraksi Antioksidan Biji Kakao. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 15 No. 3 ISN 159-164 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Gundry, Steven. 2017. Health Benefits of Basil (one may help your love life). Available at:

http://gundrymd.com/health-benefits-basil/

Nurrohmah, Zahroh Siti. 2017. Kajian Rasio Gum Arab dan Maltodekstrin pada Karakteristik Mikroenkapsulat Ekstrak Buah Ketapang Badak (Ficus lyrata Warb) sebagai Antimikroba. [Skripsi]. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Suwardewa, T. G. 2014. Peraran Glutathione Peroksidase sebagai Pencegah Terjadinya Preeklampsia. Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.

Bagian IV: Produk Kopi

Kunjungan yang selanjutnya adalah ke tempat minuman kopi berasal. Kedua kebun atau ladang tumbuhan kopi tersebut terletak di tempat yang berbeda, yaitu di puncak bukit hutan pinus di Rahong dan di kaki Gunung Manglayang tepatnya di tempat pemeliharaan luwak milik salah seorang dosen kami. Terdapat kegiatan produksi yang dapat kita perhatikan sebagai dari hulu hingga ke hilir, baik kita sebagai produsen atau konsumen berbagai jenis kopi. Ada empat jenis yang hadir di nusantara. Keempat jenis kopi tersebut diantaranya adalah kopi arabika, robusta, white dan liberica.

Pernahkah Anda menyangka bubuk kopi yang sering Anda seduh berasal dari buah ceri kopi yang segar? Tumbuhan kopi merupakan tanaman dikotil yang hidup di dataran tinggi. Tanaman tersebut umumnya hidup di kaki gunung dengan ketinggian 0-800m atau 800-1200m. Kopi Arabika tumbuh pada dataran yang sangat tinggi, buah dan bijinya besar dan oval. Sedangkan, Kopi Robusta bijinya lebih kecil-kecil dan berbentuk bulat-bulat.

Pada umumnya panen kopi dilakukan oleh petani kopi setahun sekali atau dua tahun tiga kali tergantung usia dan jenis pohon yang ingin berbuah, pohon-pohon kopi umumnya berbunga 7-9 atau 9-11 bulan sekali. Pohon kopi arabika lebih bisa sering dipanen daripada kopi robusta. Produksi biji kopi di dunia dimenangkan dengan persentase 70% untuk kopi arabika dan 30% untuk robusta. Kopi robusta lebih sering digunakan pemanfaatannya untuk produk roti dan pastry sebagai filling. Dilansir dari thecoffeebuur.com kopi arabika tengah menguasai pasar dunia.

Menurut sebagian penikmat kopi rasa kopi robusta lebih kuat dari pada kopi arabika, kandungan kafeinnya pun berbeda. Kopi arabika memiliki kadar senyawa kafein yang lebih rendah daripada yang lainnya sehingga memiliki rasa yang lebih ringan. Kopi arabika jugaa memiliki aftertaste menyegarkan dengan tingkat keasaman yang lebih tinggi. Itu sebabnya peminat kopi arabika juga lebih banyak daripada kopi lain.

Sedangkan kopi robusta aftertastenya pahit dan mengenyangkan. Kopi ini juga terasa pekat dan berkadar lemak nabati lebih banyak dari pada kopi lainnya sehingga teksturnya demikian kental. Kopi arabika berkadar kafein 1,2% pada saat kopi robusta berkadar kafein 2,2%. Kopi robusta populer dengan tipe ekspreso Italia. Sedangkan kopi arabika populer dengan tipe drip filter Vietnamesse.

Selain dua jenis kopi di atas masih ada dua kopi lagi yang pernah populer saat itu, yakni white coffee dan green coffee. Saya akan menceritakan dengan singkat perbedaan kopi putih atau kopi luwak dari kopi hitam lainnya pada proses hulu ke hilirnya. Di hulu proses produksi berawal dari penyediaan lahan dan penanaman bibit. Selanjutnya tumbuhan disiram setiap pagi sebelum matahari sepenggalah naik dan setiap sore sebelum matahari terbenam. Tumbuhan di periksa pertumbuhan dan perkembangannya dan diberi pupuk kompos cair secara berkala. Setelah berusia lebih dari satu setengah tahun tumbuhan kopi mulai berbunga dan bermekaran. Umumnya panen didapat dari pohon yang berusia 2-25 tahun. Setelah 25 tahun pohon kopi mulai menurun lagi produksinya.

Selanjutnya, masuk pada tahapan pengolahan buah ceri kopi. Buah ceri kopi disortasi dan disimpan pada wadah-wadah terbuka. Pembuatan kopi hitam baik arabika atau robusta pada tahapan ini buah-buahnya langsung dikuliti dan dicuci dengan air mengalir. Lalu dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 8 jam hingga green bean dengan kadar air rendah didapat kemudian disangrai hingga matang (mengeluarkan aroma harum kopi).

Sedangkan, pada pembuatan white coffee luwak kopi diproduksi dengan ‘campur tangan luwak’ melalui fermentasi di dalam pencernaan hewan pengerat yang hidup pada dataran tinggi tersebut. Produksi kopi putih ini terinspirasi dari perilaku orang pribumi zaman pemerintahan kolonial Belanda yang melakukan pemanfaatan biji kopi utuh yang ditemukan di kebun dari kotoran luwak. Mengapa ada peminatnya? Apakah proses tersebut ialah animal testing yang harus segera dihentikan? Apakah luwak mencerna dan melumatkan biji kopi? Menurut dosen kami sederhana saja, luwak hanya melewatkan bijinya karena yang hewan tersebut sukai adalah buahnya yang kita tidak konsumsi. Luwak merupakan hewan omnivora yang juga memakan pakan, meski demikian pemeliharaan luwak pada proses ini disebut simbiosis mutualisme. Selain itu, menurut pabrik komersial kopi putih, hasil uji yang mereka lakukan terhadap kopi luwak menunjukkan kadar kafein kopi tersebut hanya berkisar 0-1% atau dengan kata lain kita tidak mendapatkan suplai energi listrik dari senyawa kafein karena dari seporsi sajian white coffee hanya memberi energi 0,5% dari asal senyawa kafein dan energi yang kita dapat berasal dari lemak krimmer, protein susu, dan bahan lainnya. Sehingga seseorang yang sedang mengalami masalah dengan asam lambungnya tidak terpengaruh oleh senyawa kafein pada kopi putih, dan luwak white coffee diklaim akan memberi efek ‘nyaman di lambung’ Anda.

Selanjutnya proses hilirisasi, pada tahapan ini kopi berupa biji atau bubuk hasil proses grinding dipasok ke berbagai pabrik dan kedai untuk dikemas atau dijadikan minuman kopi. Sehingga sampai ke tangan Anda sekarang ini

Akhirnya, green coffee atau kopi hijau berasal dari kata green bean pada tahapan di atas. Biji kopi Liberica yang berbentuk bergelombang, oval, dan ujungnya yang runcing menjadi ciri tersendiri. Pada proses produksinya pengeringan kopi hijau Liberica seperti tidak melalui tahapan sangrai yang terlalu lama melainkan pengurangan kadar air saja. Secangkir kopi Liberica panas memiliki aroma yang kuat dan rasa gurih seperti cokelat panas.

Bagian III: Produk Fashion

Produk fashion kulit lembu, sapi atau binatang lainnya tentu tidak boleh berbau aneh dan mengundang serangga, sehingga proses penyamakan kulit dilakukan sebelum akhirnya dijahit dan sampai ke tangan Anda. Kulit sapi untuk produk non pangan akan mengalami tahapan pengolahan yang cukup Panjang. Terdapat ± 6-7 ruang proses dan tahapan penyamakan lateks pada pabrik kulit tersebut secara Teknologi Tata Cara Kerja.

Sebelum memasuki tahapan penyamakan kulit di pabrik, sapi-sapi ternak yang akan menghasilkan bahan kulit pada padang rumput atau tempat pejagalan dirawat, disembelih dan dipisahkan kulitnya dari bagian lainnya terlebih dahulu. Kulit yang telah dipisahkan akan melalui tahapan pemisahan pada ruang pemotongan, akan segera dikirim dan memasuki tahapan kedua. Selama didistribusikan menggunakan ruang pendingin, ruang pendingin dalam mobil box diperiksa suhunya agar tekstur kulit tidak berubah.

Tahapan yang ketiga merupakan pembersihan (batch) di dalam mesin, pada ini ini kulit-kulit sapi yang diterima dari ruang pendingin dalam kendaraan dipindahkan dengan trolley dicuci dan dibersihkan dari bulu-bulu yang menempel dengan metode kimia, yaitu larutan natrium sulfida kapur dan diagitasi dalam mesin agar proses fisikokimia dalam mesin berlangsung. Setelah bulu telah dibuang, kemudian dinetralkan dengan asam dan diberikan enzim agar meningkatkan kelembutan bahan. Selanjutnya kulit disimpan dan dibersihkan kembali melalui proses perendaman dalam larutan asam, garam dan air.

Tahapan berikutnya adalah proses penyamakan kulit. Bedasarkan waktu prosesnya, terdapat dua jenis proses yang dapat mengubah kulit sapi menjadi bahan kulit yang sering digunakan, diantaranya ialah:

  1. Chrome

Kulit krom dapat Anda temui pada kulit tas yang kecoklatan, jok mobil dan sepatu bagian atas. Proses ini dapat dilakukan pada mesin yang sama kembali setelah cairan sebelumnya dibuang kulit diagitasi selama delapan jam dengan dibubuhi bahan kimia dengan kandungan krom trivalen hingga meresap. Kemudian dilakukan penambahan krom dan natrium karbonat atau bikarbonat yang mengandung alkali. Kemudian diperiksa teksturnya.

2. Penyamakan Nabati

Produk kulit dengan proses penyamakan ini dapat sering Anda temukan pada produk yang lebih beragam, yaitu tas koper, ikat pinggang, strap, dan bagian dalam sepatu. Perbedaan proses penyamakan nabati dan krom adalah lama waktu yang digunakan. Penyamakan ini lebih lambat dari penyamakan krom dan menggunakan zat kimia tannin (zat dengan pH asam yang didapat dari batang pohon). Proses pengerjaannya dapat memakan waktu 3-4 hari dalam wadah tertutup.

Setelah melalui salah satu metode tersebut maka kulit dapat dikatakan sudah disamak.

Tahapan keenam dan ketujuh masih dilakukan di dalam wadah reaksi berupa drum atau wadah batch. Pada tahapan ini dilakukan pemotongan/penipisan dan pewarnaan (splitting and dying). Pada proses ini dilakukan pemisahaan sesuai desain dan kebutuhan produksi. Proses pengerjaannya juga memperhitungkan ketebalan bahan kulit agar sesuai untuk proses berikutnya. Bahan kulit yang disamak tadi dimasukkan ke dalam drum yang berputar dengan air panas dan pewarna. Kumudian dilumasi dengan lemak alami atau sintetis, pembubuhan bahan penyamakan sintetis dilakukan agar mendapatkan warna dan tekstur yang diinginkan pada produk akhir.

Tahapan akhir ini adalah pengaturan kadar air dan proses pelapisan. Proses pengaturan ini dilakukan untuk menghilangkan kelebihan air pada kulit agar keluar sebelum proses pengeringan. Metode pengaturan yang dilakukan berbeda-beda tergantung pada jenis kulit yang dihasilkan pada proses sebelumnya. Jenis kulit tertentu biasanya hanya dilebarkan, digantung dan dijemur tanpa panas matahari. Sedangkan, jenis kulit lainnya dapat melalui proses penggilingan (spinner) sehingga airnya terpisahkan. Selajutnya kulit dipotong menggunakan cetakan, diemboss atau dilapisi dengan pelapis khusus agar tidak mudah mengelupas, dispray dengan pewarna kulit dan dikeringkan.

Bagian II: Perancangan Agroindustri

Hasil pengolahan sapi, kambing, dan beragam ternak lainnya mungkin dapat digolongkan pada industri peternakan. Namun, kedua industri pertanian dan peternakan secara umum digolongkan dalam ranah yang sama yakni agroteknologi, agribisnis dan agrokompleks.

Seperti halnya agroindustri yang luas sekali bahasannya, salah satu olahan produk industri tentu berasal dari salah satu bahan agroindustri yang memiliki cabang produksi (revenue stream) yang berjumlah dua atau lebih dari dua. Atau dengan kata lain, salah satu bahan pertanian dapat kita olah menjadi beberapa produk industri yang luas cakupan rantai ekonominya.

Saya sadari betul, sejak sekolah dasar di pramuka ternyata saya sudah memiliki kecondongan mengenal bahan agroindustri yang saya lihat pada lambang pramuka masa itu, yakni tunas pohon kelapa. Lambang buahnya berarti tangguh dan tumbuh, lalu akarnya berarti kuat dan ulet dan terakhir daunnya berarti hidup atau menebar kebaikan bagi lingkungan. Meski filosofi lambang pramuka berarti pohon yang berguna tetapi ada makna tersirat dibalik itu, yakni sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan dari ujung hingga akarnya.

Sehingga di nusantara pohon kelapa secara keseluruhan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk kelangsungan hidup mereka dari masa ke masa. Sebut saja airnya yang lezat dapat diolah menjadi obat, yakni anti-depresant, sumber ion dan multivitamin, belum lagi dengan sentuhan Teknologi Pengolahan Bahan Penyegar larutan alami tersebut dapat diolah menjadi minuman (baverage) yang mahal dan berkualitas agroteknologi serta dijadikan minyak keletik yang harga jualnya lebih mahal daripada minyak kelapa sawit. Kemudian, daging buahnya bisa dijadikan sumber makanan yang dimakan langsung diolah dengan proses fermentasi menjadi nata de coco dan juga diolah menjadi sumber lemak dan protein nabati, yaitu santan (coconut milk). Kemudian cangkang atau batok kelapa yang kokoh dapat dijadikan alat masak dan selanjutnya yang tidak kalah penting serat-serat akar pohon yang sudah mati dapat dijadikan sapu dan keperluan rumah tangga lainnya.

Berikutnya sapi sebagai bahan agroindustri. Terdapat ragam produk olahan sapi selain daging dan susunya yang dapat senantiasa kita temukan di pasar swalayan seperti kornet, luncheon, beefsteak, sosis, daging asap, butter, krimmer, yoghurt, susu formula, dan aneka susu pasteurisasi diantaranya UHT, low fat dan fullcream. Apakah kalian pernah mencicipi sup kaki kambing, mih kocok, atau kerupuk kulit? Ya, makanan tersebut adalah kulit sapi.

Sebagian orang kemungkinan akan beralih prinsip mengganti pola konsumsinya dan sebagian yang lain juga tidak terpengaruh setelah membaca bahasan tentang kulit sapi pada artikel ini, bahwa ternyata sebagian kulit sapi dapat diolah menjadi produk pangan sementara sebagian lainnya merupakan produk non pangan.

Bagian I: Analisis Bahan dan Produk Agroindustri

Saat duduk di bangku perkuliahan saya dan teman-teman satu kelas pergi ke Kota Garut, Jawa Barat untuk mengadakan kunjungan praktek lapangan. Pabrik yang kami kunjungi merupakan tempat pengolahan produk kulit sapi yang bertempat tidak jauh dari alun-alun Kota Garut.

Kami melakukan kunjungan ke pabrik kulit tersebut untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Bahan dan Produk Agroindustri. Secara teori beberapa bidang agroindustri dapat diamati dengan mudah apabila kita mengetahui hal yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Materi yang disampaikan dosen pengampu di kelas pada semester tersebut cukup beragam dan menarik. Berikutnya pada praktik perencanaan agroindustri kami diwajibkan mempelajari sendiri dan mengetahui seluk beluk bahan dengan mengunjungi berbagai tempat produksi, misalnya sentra, pabrik, atau kebun.

Bahan agroindustri atau hasil tani secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yakni pangan dan non pangan. Proses pengolahan berikutnya atau hilirisasi dan mengenal struktur fisikokimianya dipelajari lebih lanjut pada mata kuliah-mata kuliah lainnya, diantaranya Mikrobiologi Industri, Teknologi Pati, Teknologi Membran dan Teknologi Lemak & Oleokimia. Serta, Teknologi Pembuatan Roti yang terdapat di jurusan tetangga (Teknik Pangan).

Selanjutnya saya ingin memberi pembaca bahasan singkat mengenai Pengolahan Bahan Agroindustri, Teknologi Pati, Teknologi Membran dan Teknologi Lemak & Oleokimia serta, Teknologi Pembuatan Roti sebab saya singgung sebagai proses yang melibatkan bahan non pangan padahal khusus untuk Teknologi Membran dan Teknologi Lemak dan Oleokimia dapat berperan sangat luas.

Pada pengolahan bahan agroindustri, apabila terdapat proses ekstraksi bahan aktif tentu ada batch sebagai tempat proses terjadi yang terdapat neraca masa, bahan, karakteristik bahan, rendemen dan residu. Secara umum pengolahan bahan agroindustri merupakan proses dari hulu hingga hilir. Asal mula penanaman dan perawatan tanaman atau tumbuhan hingga proses pengolahan terakhir sebelum sampai pada tangan konsumen.

Selain itu apabila sebuah produksi usaha dijalankan (running business) maka menjaga keberlangsungan produksi dan lingkungan industri menjadikan mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah dan Manajemen Sumber Daya Manusia menjadi dua kunci utama yang dapat mendorong kelangsungan bisnis yang sehat (sutainable business).

Pada teknologi pati kita mengenal pati sebagai rendemen suatu proses produksi yang bernilai. Pada teknologi membran kita akan mengenal suatu bahan memiliki daya serap tertentu yang dapat diukur dan dimanfaatkan. Kemudian suatu proses filtrasi dapat dibedakan berdasarkan sistemnya, laju aliran arusnya, dan sifat elektromagnetiknya.

Pada teknologi lemak dan oleo-kimia, dapat kita ketahui proses-proses glikolisis, lemak dan turunannya, sumber-sumber lemak, cara pemisahan secara biologi dan fisikokimia serta cara membuat lemak nabati dan hewani.

Pada teknologi pengolahan roti, kita dapat berkreasi produk olahan roti dan pastry. Kemudian mengenal jenis roti berdasarkan tekstur atau bentuk ikatan senyawanya, misalnya softbread, whitebread, dan lain-lain. Selanjutnya, mengenal bahan makanan pokok yang beragam yang terdapat di nusantara, ada kentang, gadung, beras, gandum, jagung, buckwheat, hanjeli, ketan, sagu, singkong, ubi jalar, ubi ungu, dan ubi cilembu.

Sedangakan, bahan non pangan lebih banyak dipelajari pada mata kuliah Industri Bioenergi, Teknologi Hasil Hutan dan Teknologi Serat, Karet dan Resin. Misalnya, membuat biofuel dari sisa hasil pertanian, membuat tali tambang dari agave atau sisal, atau pengolahan karet dan lain sebagainya. Industri pembuatan lateks yang akan saya bahas pada bahasan kali ini juga merupakan salah satu industri non pangan.