Ringkasan Skripsi: Kajian Proses Ekstraksi Daun Ketapang Badak (Ficus Lyrata) Warb.

Uji Ekstraksi Bahan Alam: Sumber daya hayati menyediakan bahan alam yang menjadi sumber daya kimia yang tidak terbatas. Tumbuhan tertentu memiliki senyawa aktif yang unik dan berguna bagi tubuh, ada karotenoid pada wortel, likopen pada tomat dan klorofil pada dedaunan sayur-sayuran hijau. Ekstraksi merupakan proses penting untuk mengisolasi senyawa tersebut.

Bagaimana Cara Meneliti Kadar Senyawa Kimia dalam Sebuah Bagian Tumbuhan? Pengujian ekstrak berbagai bahan alam dapat dilakukan dengan melakukan uji LCMS, GCMS atau skrinning.

Pembuatan ekstrak pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Secara umum ekstraksi bahan aktif dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya ekstraksi dengan pelarut, yakni maserasi, perkolasi, infusa, dekok, refluks dan soxlet, kemudian distilasi uap, supercritical fluid extraction, expression atau pressure, sublimasi, pervaporasi (membran), microwave, dan ultrasound.

Proses penelitian senyawa aktif dari daun ketapang badak yang saya lakukan cukup mudah. Saya memilih proses ekstraksi solvent maserasi karena tergolong proses ekstraksi yang paling mudah diantara proses-proses lainnya.

Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan empat pelarut berbeda dan variasi lama ekstraksi dengan tiga kali pengulangan yang saya tetapkan di penelitian saya dilakukan berdasarkan studi literatur yang ditemukan. Setelah semuanya siap dan usulan penelitian diterima, saya mendapat kesempatan untuk memulai penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan persediaan pelarut yaitu akuades, etil asetat, n-heksan dan ethanol 70% serta membuat simplisia. Simplisia yang akan digunakan merupakan daun tumbuhan ketapang badak pada lateral ketiga disebut juga peko+3. Karakteristik yang ditetapkan telah diuji dengan bantuan alat chromameter, yaitu hijau hingga hijau tua.

Ketapang badak (Ficus lyrata Warb) merupakan tumbuhan yang berasal dari Afrika Selatan, tergolong suku Moraceae tumbuh sebagai pohon bebas yang berdiri sendiri dan dapat tumbuh setinggi 15 meter.

Ketapang badak memiliki daun menyerupai biola dengan panjang 30 -45 cm dengan tekstur kulit dan margin bergelombang (Nurrohmah, 2017). Pada peko ketiga daunnya berwarna hijau atau hijau tua berukuran panjang x lebar 35-45 cm.

Awalnya saya menyediakan bahan daun ketapang yang dipetik langsung dari pohonnya, tidak layu, tidak kering dan berwarna hijau tua untuk pembuatan simplisia. Daun-daun tersebut pada mulanya dicuci dan disortasi. Kemudian dikeringkan sesuai dengan metode yang diinginkan.

Proses selanjutnya adalah mereduksi ukuran menggunakan blender untuk kemudian diayak menggunakan ‘instrumen ayakan’ yang dilakukan selama 20 menit X 17 babak atau kurang lebih 6 jam. Ayakan tyler yang digunakan merupakan ayakan tyler berukuran 60 mesh agar menyeragamkan ukuran simplisia dan mempercepat laju ekstraksi. Simplisia diperiksa terlebih dahulu kadar airnya menggunakan metode gravimetri, hasil menunjukkan bahwa simplisia memiliki kadar air sebesar 8%.

Simplisia ditimbang masing-masing 100 gr kemudian disimpan ke dalam bejana. Simplisia seberat 100 gram tersebut masing-masing nantinya digunakan sebagai sumber bahan alam ekstrak dengan empat lama ekstraksi yang berbeda.

Proses ekstraksi solvent maserasi dimulai pada saat pelarut membasahi simplisia, lalu dimulai perhitungan waktunya. Pada saat ekstraksi maserasi bejana-bejana ditutup dan dibungkus dengan cling wrap dan alumunium foil lalu diberi label keterangan tulisan dan disimpan di tempat gelap, kering dan bersuhu normal di dalam lemari hingga waktu yang ditentukan.

Alat-alat yang dipersiapkan untuk proses tersebut, diantaranya seperti sarung tangan lateks, aluminium foil, plastic wrap/cling wrap,bejana kaca yang bersih dan sudah dibilas dengan pelarut yang akan digunakan, beaker gelas, gelas ukur, batang pengaduk, botol gelas bekas yang inert untuk penyimpanan rendemen penyaringan, kain saring, kertas saring, beaker gelas 1000 mL, Erlenmeyer, corong gelas, corong saring (corong Bunchner), dan penyaring vacuum beserta dinamonya .

Setelah maserasi selesai dilakukan maka proses penyaringan dengan pernyaring vakum segera dilakukan. Prosesnya adalah menyiapkan kain saring diatas beaker glass lalu diperas dengan tangan menggunakan sarung tangan lateks. Selanjutnya penyaringan tahap kedua dengan cara menuangkan filtrat pertama ke corong bunchner yang sudah berlapis kertas saring pada saat mesin penyaring vakum siap digunakan (telah dinyalakan).

Selanjutnya satu-persatu filtrat dipekatkan menggunakan multivapor (6 tabung) yang diisi tidak lebih dari sepertiga tabung sedangkan filtrat yang menunggu antrian disimpan di botol inert tertutup dalam refrigerator. Rendemen terakhir atau hasil pemekatan menggunakan multivapor disimpan dalam refrigerator pada cawan porselen yang tertutup untuk selanjutnya diuji.

Tahap terakhir adalah pengujian kadar fitokimia secara kualitatif dan kuantitatif dalam simplisia ekstrak daun ketapang badak. Skrining fitokimia dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Analisa dan uji fitokimia secara kuantitatif untuk menguji kandungan flavonoid, fenolik

(polyphenol) dan tanin dilakukan dengan dua buah metode, yaitu metode AlCl3 untuk penentuan kadar flavonoid dan metode Folin-Ciocalteu untuk penentuan kadar fenolik dan tanin. Kedua metode tersebut di atas dilakukan untuk mendapatkan nilai absorbansi sampel yang kemudian dimasukkan ke persamaan pada kurva standar kuersetin (quercetin) sebagai flavonoid dan kurva standar asam tanat sebagai tanin di bawah ini.

Tabel 1. Kadar (ppm) Flavonoid

LamaEkstraksi(jam)Pelarut   
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
4814,00  ± 0,006,39 ± 0,054, 50 ± 0,2011,39 ± 0,15
368,5 ± 0,208,75 ± 0,058,93 ± 0,5152,25 ± 0,05
2419,89 ± 3,084,04 ± 0,159,46 ± 0,059,93 ± 0,40
1228,79 ± 2,8362,04 ± 0,058,18 ± 0,0546,32 ± 0,05

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, kadar flavonoid yang ditentukan dari nilai absorbansi pada Tabel 1. dimasukkan ke persamaan kadar kuersetin sebagai flavonoid maka nilai flavonoid tertinggi dihasilkan pada sampel akuades dengan lama ekstraksi 12 jam sehingga apabila dikaitkan dengan sifat kepolaran pelarut maka flavonoid pada daun ketapang badak merupakan senyawa bioaktif yang bersifat polar.

Tabel 2. Kadar (ppm) Fenolik

LamaEkstraksiPelarut
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
481,63 ± 0,0060,65 ± 0,0010,488 ± 0,0011,07 ± 0,004
361,41 ± 0,0050,67 ± 0,0010,459 ± 0,0020,72 ± 0,151
241,94 ± 0,0051,34 ± 0,0020,458 ± 0,0010,87 ± 0,006
120,91 ± 0,0011,29 ± 0,0020,524 ± 0,0050,86 ± 0,001

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, konsentrasi fenolik tertinggi dihasilkan pada sampel ethanol 70% dengan lama ekstraksi 24 jam berkaitan dengan sifat kepolaran pelarut maka polifenol pada daun ketapang badak merupakan senyawa bioaktif yang sifatnya beragam yakni polar dan non polar sehingga lebih banyak terekstraksi oleh pelarut yang bersifat semipolar.

Tabel 3. Kadar (ppm) Tanin

LamaEkstraksiPelarut   
Ethanol 70%AkuadesHeksanEtil asetat
481,64  ± 0,000,65 ± 0,000,42 ± 0,051,07 ± 0,00
361,41 ± 0,000,66 ± 0,000,46 ± 0,000,83 ± 0,00
241,94 ± 0,000,67 ± 0,000,46 ± 0,000,87 ± 0,00
120,92 ± 0,002,59 ± 0,000,53 ± 0,000,85 ± 0,00

Keterangan : nilai ppm sampel setelah dikalikan faktor pengenceran

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia secara kuantitatif, konsentrasi tanin tertinggi dihasilkan pada sampel akuades dengan lama ekstraksi 12 jam berkaitan dengan sifat kepolaran pelarut maka tanin pada daun ketapang badak merupakan senyawa yang bersifat polar seperti halnya flavonoid yang lebih terekstrak dengan pelarut yang bersifat polar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada hasil skrining fitokimia secara kuantitatif dari sampel daun ketapang badak kali ini, senyawa-senyawa fitokimia, yaitu flavonoid dan tanin bersifat hidrofilik, namun pada sampel dengan pelarut akuades senyawa bioaktif tidak dapat bertahan lebih dari satu hari yang disebabkan oleh lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap konsentrasi (ppm) tanin.

Hasil uji pada penelitian saya tiga tahun yang lalu membuktikan bahwa ekstrak akuades ketapang badak dengan lama ekstraksi 12 jam memiliki kandungan fenol dan tanin terbesar 2,59 ± 0,004 ppm dan 2,3 ± 0,000 ppm serta kandungan flavonoid 62,04 ± 0,05 ppm.  Senyawa aktif fitokimia fenol dan tanin ditemukan pada daun ketapang badak dengan kadar yang tinggi yaitu pada ekstrak solvent akuades dengan lama ekstraksi 12 jam. Hal tersebut menunjukkan pada larutan uji ekstrak akuades di atas terdapat lebih banyak senyawa flavonoid, fenol dan tanin dibandingkan senyawa pengganggu lainnya.

Ekstrak daun ketapang badak (Ficus lyrata Warb) mengandung senyawa fitokimia yaitu flavonoid, fenolik, dan tanin yang dapat difungsikan salah satunya sebagai antioksidan. Kosalim (2016) mengatakan bahwa secara umum antioksidan yakni senyawa kimia ketiga komponen asam 5-O-caffeolyquinat, epikatekin, dan epiafzelechin-epikatekin pada ketapang badak mampu memperbaiki sistem dalam tubuh. Menurut Gundry (2017) orientin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki peran bagi kesehatan dengan cara melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.

Seperti kita ketahui dari gambar skema keterkaitan radikal bebas dengan kondisi tubuh yang saya buat. Suwardewa (2014), menjelaskan bahwa reactive oxygen species (ROS) pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan gangguan fungsi metabolisme dan gangguan keseimbangan yang disebut stress oksidatif di dalam tubuh Sebagian senyawa kimia golongan fenolat dalam darah (sel darar putih & vitamin K) dapat menyerang antigen kemudian mengadakan kegiatan pro-inflamasi pada tubuh serta dapat mengurangi resiko penyakit degeneratif.

Tinjauan Pustaka

Bunyamin, Anas dan Mardawati, Efri. 2016. Instrumentasi Laboratorium. Modul Percobaan Ekstraksi Bahan Aktif.

Diantika, Fitrah., Sutan, S. M., dan Yulianingsih, Rini. 2014. Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Etanol terhadap Ekstraksi Antioksidan Biji Kakao. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 15 No. 3 ISN 159-164 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Gundry, Steven. 2017. Health Benefits of Basil (one may help your love life). Available at:

http://gundrymd.com/health-benefits-basil/

Nurrohmah, Zahroh Siti. 2017. Kajian Rasio Gum Arab dan Maltodekstrin pada Karakteristik Mikroenkapsulat Ekstrak Buah Ketapang Badak (Ficus lyrata Warb) sebagai Antimikroba. [Skripsi]. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Suwardewa, T. G. 2014. Peraran Glutathione Peroksidase sebagai Pencegah Terjadinya Preeklampsia. Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *