Kunjungan yang selanjutnya adalah ke tempat minuman kopi berasal. Kedua kebun atau ladang tumbuhan kopi tersebut terletak di tempat yang berbeda, yaitu di puncak bukit hutan pinus di Rahong dan di kaki Gunung Manglayang tepatnya di tempat pemeliharaan luwak milik salah seorang dosen kami. Terdapat kegiatan produksi yang dapat kita perhatikan sebagai dari hulu hingga ke hilir, baik kita sebagai produsen atau konsumen berbagai jenis kopi. Ada empat jenis yang hadir di nusantara. Keempat jenis kopi tersebut diantaranya adalah kopi arabika, robusta, white dan liberica.
Pernahkah Anda menyangka bubuk kopi yang sering Anda seduh berasal dari buah ceri kopi yang segar? Tumbuhan kopi merupakan tanaman dikotil yang hidup di dataran tinggi. Tanaman tersebut umumnya hidup di kaki gunung dengan ketinggian 0-800m atau 800-1200m. Kopi Arabika tumbuh pada dataran yang sangat tinggi, buah dan bijinya besar dan oval. Sedangkan, Kopi Robusta bijinya lebih kecil-kecil dan berbentuk bulat-bulat.
Pada umumnya panen kopi dilakukan oleh petani kopi setahun sekali atau dua tahun tiga kali tergantung usia dan jenis pohon yang ingin berbuah, pohon-pohon kopi umumnya berbunga 7-9 atau 9-11 bulan sekali. Pohon kopi arabika lebih bisa sering dipanen daripada kopi robusta. Produksi biji kopi di dunia dimenangkan dengan persentase 70% untuk kopi arabika dan 30% untuk robusta. Kopi robusta lebih sering digunakan pemanfaatannya untuk produk roti dan pastry sebagai filling. Dilansir dari thecoffeebuur.com kopi arabika tengah menguasai pasar dunia.
Menurut sebagian penikmat kopi rasa kopi robusta lebih kuat dari pada kopi arabika, kandungan kafeinnya pun berbeda. Kopi arabika memiliki kadar senyawa kafein yang lebih rendah daripada yang lainnya sehingga memiliki rasa yang lebih ringan. Kopi arabika jugaa memiliki aftertaste menyegarkan dengan tingkat keasaman yang lebih tinggi. Itu sebabnya peminat kopi arabika juga lebih banyak daripada kopi lain.
Sedangkan kopi robusta aftertastenya pahit dan mengenyangkan. Kopi ini juga terasa pekat dan berkadar lemak nabati lebih banyak dari pada kopi lainnya sehingga teksturnya demikian kental. Kopi arabika berkadar kafein 1,2% pada saat kopi robusta berkadar kafein 2,2%. Kopi robusta populer dengan tipe ekspreso Italia. Sedangkan kopi arabika populer dengan tipe drip filter Vietnamesse.
Selain dua jenis kopi di atas masih ada dua kopi lagi yang pernah populer saat itu, yakni white coffee dan green coffee. Saya akan menceritakan dengan singkat perbedaan kopi putih atau kopi luwak dari kopi hitam lainnya pada proses hulu ke hilirnya. Di hulu proses produksi berawal dari penyediaan lahan dan penanaman bibit. Selanjutnya tumbuhan disiram setiap pagi sebelum matahari sepenggalah naik dan setiap sore sebelum matahari terbenam. Tumbuhan di periksa pertumbuhan dan perkembangannya dan diberi pupuk kompos cair secara berkala. Setelah berusia lebih dari satu setengah tahun tumbuhan kopi mulai berbunga dan bermekaran. Umumnya panen didapat dari pohon yang berusia 2-25 tahun. Setelah 25 tahun pohon kopi mulai menurun lagi produksinya.
Selanjutnya, masuk pada tahapan pengolahan buah ceri kopi. Buah ceri kopi disortasi dan disimpan pada wadah-wadah terbuka. Pembuatan kopi hitam baik arabika atau robusta pada tahapan ini buah-buahnya langsung dikuliti dan dicuci dengan air mengalir. Lalu dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 8 jam hingga green bean dengan kadar air rendah didapat kemudian disangrai hingga matang (mengeluarkan aroma harum kopi).
Sedangkan, pada pembuatan white coffee luwak kopi diproduksi dengan ‘campur tangan luwak’ melalui fermentasi di dalam pencernaan hewan pengerat yang hidup pada dataran tinggi tersebut. Produksi kopi putih ini terinspirasi dari perilaku orang pribumi zaman pemerintahan kolonial Belanda yang melakukan pemanfaatan biji kopi utuh yang ditemukan di kebun dari kotoran luwak. Mengapa ada peminatnya? Apakah proses tersebut ialah animal testing yang harus segera dihentikan? Apakah luwak mencerna dan melumatkan biji kopi? Menurut dosen kami sederhana saja, luwak hanya melewatkan bijinya karena yang hewan tersebut sukai adalah buahnya yang kita tidak konsumsi. Luwak merupakan hewan omnivora yang juga memakan pakan, meski demikian pemeliharaan luwak pada proses ini disebut simbiosis mutualisme. Selain itu, menurut pabrik komersial kopi putih, hasil uji yang mereka lakukan terhadap kopi luwak menunjukkan kadar kafein kopi tersebut hanya berkisar 0-1% atau dengan kata lain kita tidak mendapatkan suplai energi listrik dari senyawa kafein karena dari seporsi sajian white coffee hanya memberi energi 0,5% dari asal senyawa kafein dan energi yang kita dapat berasal dari lemak krimmer, protein susu, dan bahan lainnya. Sehingga seseorang yang sedang mengalami masalah dengan asam lambungnya tidak terpengaruh oleh senyawa kafein pada kopi putih, dan luwak white coffee diklaim akan memberi efek ‘nyaman di lambung’ Anda.
Selanjutnya proses hilirisasi, pada tahapan ini kopi berupa biji atau bubuk hasil proses grinding dipasok ke berbagai pabrik dan kedai untuk dikemas atau dijadikan minuman kopi. Sehingga sampai ke tangan Anda sekarang ini
Akhirnya, green coffee atau kopi hijau berasal dari kata green bean pada tahapan di atas. Biji kopi Liberica yang berbentuk bergelombang, oval, dan ujungnya yang runcing menjadi ciri tersendiri. Pada proses produksinya pengeringan kopi hijau Liberica seperti tidak melalui tahapan sangrai yang terlalu lama melainkan pengurangan kadar air saja. Secangkir kopi Liberica panas memiliki aroma yang kuat dan rasa gurih seperti cokelat panas.